Permintaan Tinggi, Kayu Gaharu Semakin Langka

Keberadaan gaharu di Aceh sudah sangat langka. Dulu orang-orang kampung (desa) mencari gaharu dengan berburu memasuki hutan rimba, kemudian menebang setiap pohon gaharu yang kira-kira sudah mengandung isi gubal. 

Pohon gaharu yang sudah mengandung gubal (krak) biasanya ditandai dengan; adanya ranting atau cabang yang patah, banyak daun pohon yang sudah rontok, dan kulit pohon terputus-putus bila ditarik.

Kenapa masyarakat memburu gaharu atau “kayu alen”? Hal itu terjadi, karena permintaan pasar tinggi dan nilai ekonomi gaharu yang begitu mengiurkan, sehingga mempengaruhi banyak orang untuk berburu dan mencari setiap batang gaharu yang berpotensi sudah mengandung gubal. 

Sehingga keberadaan kayu gaharu di hutan-hutan Aceh sudah sangat langka.

Tinggalkan cara memburu, yang hanya menghabiskan energi besar dan belum tentu kita mendapatkan hasil yang maksimal. 

Sekarang sudah ada inovasi dibidang budidaya gaharu "kayu alen" dan sudah mulai berkembang di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini. Dimana pembentukan gubal gaharu dapat di rekayasa dengan teknik inokulasi/induksi mengunakan cairan inokulan.  



Teknik ini akan sangat efektif untuk mempercepat proses pembentukan gaharu dibanding dengan menunggu hasil pembentukan dari alam. Untuk gaharu budidaya, anda bisa mulai melakukan inokulasi kira-kira saat usia tanaman sudah mencapai tiga s/d empat tahun. Tergantung kondisi pertumbuhan batang seperti apa dan juga dengan melihat tingkat kesuburan pada tanah. 

Terkadang, ada beberapa pohon gaharu yang berusia tiga tahun ternyata kondisi kelayakan batang untuk diinokulasi lebih baik dibanding gaharu yang berusia empat tahun. Jika memang anda sudah menanam gaharu artinya anda sudah berinvestasi sejumlah uang untuk masa depan keluarga anda.


Provinsi Aceh, rata-rata memiliki kesuburan tanah yang sangat bagus untuk budidaya gaharu atau kayu alen. Tidak usah ragu, pemasaran gaharu sangat mudah, dan lebih mudah dari kayu jabon.


Coba saja anda menanam 100 btg gaharu, jika nilai minimal hasil penjualan gaharu kelas medang perpohon Rp. 1.000.000. Maka anda akan memperoleh 1.000.000 x 100 btg = Rp. 100.000.000. (seratus juta rupiah)

Jika nilai jual gaharu untuk kelas A mencapai 75.000.000 / kg. Sementara, anda bisa menghasilkan 20 batang saja gaharu kelas A, maka anda memperoleh rezeki 20 x 75.000.000 = 1.500.000.000. (satu milyar lima ratus juta rupiah). 



Insyallah ini bisa terwujud, selama kita yakin semua tidak akan menjadi sia-sia.

Berikut beberapa jenis gaharu di Indonesia, yang  damar gaharu dapat ditemukan pada 6 jenis Aquilaria spp, yaitu :

Aquilaria malaccensis
Banyak ditemukan di Sumatera (Sibolangit, Riau, Aceh, Bangka dan Palembang) dan Kalimantan. Jenis ini merupakan penghasil gaharu yang memiliki kualitas paling baik. Pohonnya besar, dengan tinggi mencapai 40 m dan diameter 60 cm. 

Daun berseling, elips, dengan urat daun bagian bawah halus. Bunga berukuran 5-6 mm berupa tabung.  Buah bundar gepeng berkulit tebal.

Aquilaria beccariana
Umumnya terdapat di Kalimantan tetapi terdapat juga di Sumatera. Tinggi pohon 40 m dengan diameter 60 cm. Daun bundar telur elips melebar. Bunga berupa tabung berukuran 1 cm. Buah berupa gelendong menyempit pada kedua ujungnya.

Aquilaria microcarpa
Tersebar di Sumatera (Palembang, Riau, Bangka, Aceh dan Belitung) dan Kalimantan.Tinggi Pohon 40 m dengan diameter 80 cm. Buah bulat lonjong berukuran 1 cm.

Aquilaria hirta
Penyebarannya di Kepulauan Riau. Jenis pohon ini kecil dengan tinggi hingga 15 m dan diameter 17 cm.

Aquilaria filaria
Umumnya dijumpai di wilayah Indonesia bagian Timur (Maluku dan Papua). Pohonnya berukuran sedang dengan ketinggian hingga 17 m dan diameter 50 cm.

Aquilaria cumingiana
Penyebarannya di Kalimantan Tengah dan Maluku. Pohonnya kecil dengan ketinggian hingga 5 m. Belum diketahui apakah jenis ini dapat menghasilkan gaharu. Pemanfaatannya sebagi obat malaria dan menghentikan pendarahan.

Disadur dari berbagai sumber, Semoga bermanfaat.

Visi & Misi

VISI
Terwujudnya kedaulatan, kemandirian, keadilan, dan kesejahteraan petani Aceh

MISI
Memfasilitasi, mengadvokasi, mencerdaskan dan menjembatani aspirasi petani Aceh untuk terwujudnya kedaulatan, kemandirian, keadilan dan kesejahteraan petani.